Sudah Siapkah
Anda Berkontribusi?
Oleh: Zakiah Zainun
Dewasa ini banyak orang yang
meneriakkan perlunya peran alumni Timur Tengah, khususnya mesir. Luar biasa
bukan? Iya, memang luar biasa! Yang perlu dipertanyakan adalah, sudah luar
biasakah persiapan kita untuk melanjutkan new
life di Nanggroe tercinta? Dalam
peribahasa Arab dikatakan, “Man
‘arafa bu’da as-Safari, fasta’adda,” barang
siapa yang mengetahui jauhnya perjalanan, maka bersiap-siaplah. Rangkaian kalimat hikmah yang
mengandung makna mendalam dan inspiratif untuk kita ketahui.
Hidup adalah perjuangan, yang
mana butuh usaha dan doa untuk menggapai sebuah kesuksesan dan kejayaan. Setiap
orang bisa sukses luar biasa dengan cepat bila membantu orang lain untuk juga
merasakan sukses, karena manusia itu makhluk sosial dan saling membutuhkan satu
sama lainnya.
Kenyataan yang sudah terjadi
di Nanggroe, beberapa kalangan
mengusik bahwa alumni Timur Tengah masih kurang berperan aktif. Hanya beberapa orang saja yang kelihatan
taringnya, padahal alumninya sangat membludak. Ini membuktikan bahwa masyarakat
Aceh sangat perhatian dan membutuhkan peranan dan kontribusi alumni Timur
Tengah yang luar biasa. Dengan berbagai alasan, salah satunya karena mereka
belajar ilmu agama dan mendalaminya.
Nah, sudah siapkah kita untuk
menatap indahnya mentari di Tanoh Rencong, tanah kelahiran kita yang sangat
kita banggakan? Mari sama-sama kita memperbaharui niat lillahi ta’ala untuk bisa memberikan pelayanan dan kontribusi yang
baik dan excellent untuk masyarakat
Aceh.
Adapun beberapa upaya yang
harus kita lestarikan dan perhatikan kembali, diantaranya:
1.
Melestarikan spirit
akademis dan mempersiapkan ilmu sebanyak-banyaknya
Yang dimaksud
melestarikan di sini adalah meneruskan kembali semangat yang telah kita bangun.
Menjadi seseorang yang haus ilmu itu perlu. Apalagi Mesir adalah negeri para
Nabi dan diibaratkan gudang ilmu. Saatnya kita memacari ilmu sebanyak-banyaknya,
baik itu ilmu yang bersifat akademis maupun non-akademis.
Ilmu itu tidak
hanya di bangku kuliah saja, karena itu belum cukup bekal kita untuk menghadapi
masyarakat nanti. Kita juga pelu meningkatkan kemampuan diskusi, debat, telaah
buku, menyuburkan budaya riset, aktif menulis dengan kerangka nalar ilmiah,
memperluas wawasan dan sebagainya. Sehingga kita mampu mengekspresikan
ilmu-ilmu tersebut di depan khayalak ramai demi membangun sistem dunia
pendidikan Aceh yg ideal ke depan. Jadikan ini tantangan, tanamkan semangat
juang tanpa henti. “where there is a will
there is a way.”
2.
Menggeliatkan
investasi karya-karya dan mengembangkanbakat Mahasiwa Aceh di Mesir
Mahasiswa aceh di
Mesir Alhamdulillah aktif di berbagai bidang, selain aktif di organisasi dan
kajian, mereka juga aktif mempelajari Khath
Al quran (kaligrafi), tahsin Al quran
(membaca Al quran sesuai ilmu tajwid), Tahfidh
Al quran (hafalan Al quran), menjahit, merajut dan menyulam (khusus akhwat)
dan lain sebagainya. Keahlian dan keterampilan tersebut bisa dikembangkan lebih
komprehensif. Misalkan, mengadakan pameran karya KMA (KMA exhibition) agar
nantinya bisa diinvestasikan untuk masyarakat Aceh khususnya. Karya-karya
tersebut sangat berfungsi dan bermanfaat untuk kemajuan Aceh agar lebih
progresif dalam segala bidang.
3.
Memperluas link (jaringan)
Organisasi adalah
sarana pembelajaran, dan bukan suatu hal yang bertolak belakang dengan dunia
akademis. Organisasi itu ilmu kemasyarakatan, yang merupakan sarana untuk
belajar , mempelajari karakter, perangai dan psikologis manusia yang akan kita
hadapi nanti di masyarakat. Jaringan di sini mencakup perluasan jaringan
internal dan eksternal. Selain menjalin ukhuwah dengan satu bangsa, kita juga
perlu berkomunikasi aktif dengan negara-negara luar. Apalagi kita sedang
melanjutkan studi di luar negeri, ini kesempatan emas untuk memperluas link. karena jaringan-jaringan tersebut
bisa kita ambil manfaatnya ketika kita sudah kembali ke Nanggroe. Contoh yang sangat terlihat, pemerintah Aceh mengundang
Syaikh-syaikh Al- Azhar untuk menghadiri acara-acara Islami yang diadakan. Nah, tentunya peranan alumni Timur
Tengah sangat dibutuhkan dalam bidang ini, dan lain sebagainya.
Carilah pengalaman
dalam segala bidang sebanyak-banyaknya,
karena pengalaman itu adalah guru. Selama niat kita dalam kebajikan, Insya
Allah akan dimudahkan olehNya. So, Arrange to get better.
4.
Memahami karakter
dan culture masyarakat Aceh
“Di mana bumi dipijak, di situ langi dijunjung.”
Belum tentu semua
mahasiswa Aceh di Timur Tengah memahami secara detail tentang karakter dan culture masyarakat Aceh. Otomatis hal
ini merupakan PR besar untuk kita
semua. Kita harus mengenal adat istiadat dan budaya Aceh. Bagaimana kita bisa
memimpin dan mengajarkan ilmu untuk suatu kaum tanpa memahami karakter dan culture mereka?
Mumpung belum
terlambat, mari sama-sama kita menelisik kembali culture Aceh lebih mendalam,
belajar berinteraksi dengan baik dan
cara menarik simpati masyarakat. Berikan kontribusi dan partisipasi kita
sebanyak-banyaknya untuk kemajuan pembangunan Aceh.
“jika kita memiliki keinginan untuk memulai, kita juga
harus mempunyai keberanian dan keinginan untuk menyelesaikannya, bukan hanya
mengakhiri.”
Saatnya kita
buktikan bahwa kita bisa memberikan peran aktif dan kontribusi yang baik untuk
Aceh. Bersiap-siaplah dari sekarang , bersama bersatu, berprestasi dan
berdedikasi untuk Aceh yang satu. Jagalah kepercayaan yang telah mereka berikan
kepada kita. Karena kepercayaan yang telah hilang mungkin tak akan pernah bisa
kembali. Untuk itu, jika kita telah dipercaya, jaga jangan sampai kita
kehilangan. Whatever you do, love
it!
Semoga tulisan yang singkat
ini dapat bermanfaat untuk saya dan kita semua. Jangan hanya mencintai Aceh
saja, tapi berusahalah untuk membahagiakannya. Wallahu a’lam.
Tulisannya keren sekali Mbak. :-d :>)
BalasHapustrimakasih ust...... :)
Hapus"memahami karakter dan culture orang Aceh"
BalasHapusnyan payah peuget penelitian lom meu sithon..lon siap jadi Tour Guide...haha